
Meri Totora Warnai Panen Pala di Kampung Wartutin
Meri Totora Suasana panen pala di Kampung Wartutin, Distrik Fakfak Tengah, Papua Barat, berlangsung meriah. Selain hasil panen yang melimpah, masyarakat disuguhi pertunjukan budaya khas Papua: tarian Meri Totora.
Perayaan ini menjadi momen penting untuk merayakan hasil bumi sekaligus melestarikan budaya lokal yang kian langka.
Panen Raya Jadi Pesta Bersama Warga
Setiap tahun, masyarakat Kampung Wartutin menantikan panen pala. Tahun ini, hasilnya lebih baik dari sebelumnya. Oleh karena itu, warga menyambutnya dengan semangat tinggi.
Petani, tokoh adat, ibu-ibu rumah tangga, dan anak-anak sekolah berkumpul di lokasi panen. Mereka bergotong royong, tidak hanya memanen pala, tetapi juga merayakannya bersama.
Menurut Kepala Kampung Wartutin, Yulianus Rumere, panen ini adalah buah dari kerja keras. “Kami bersyukur hasilnya memuaskan. Ini bukan hanya soal jumlah, tapi semangat kebersamaan yang kami jaga,” jelasnya.
Tarian Meri Totora, Simbol Rasa Syukur
Agar perayaan makin semarak, warga menampilkan tarian Meri Totora. Tarian ini menjadi pusat perhatian dalam acara panen kali ini.
Biasanya, tarian ini hanya muncul dalam penyambutan tamu atau upacara adat. Namun, kali ini tarian tersebut ditampilkan untuk mengungkapkan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah.
Para penari mengenakan pakaian adat Papua. Mereka menari dengan iringan tifa dan nyanyian tradisional yang menggugah semangat. Selain itu, anak-anak juga ikut menari di barisan belakang, menambah suasana meriah.
Pemerintah Dukung Sinergi Budaya dan Pertanian
Dalam kesempatan tersebut, perwakilan Dinas Pertanian Kabupaten Fakfak turut hadir. Mereka menyampaikan apresiasi atas inisiatif warga yang memadukan kegiatan budaya dan pertanian.
Menurut Elyas Weripang, staf dari dinas tersebut, kegiatan ini perlu terus dilanjutkan. “Kombinasi pertanian dan budaya sangat baik untuk pembangunan masyarakat. Ini memperkuat identitas sekaligus ekonomi lokal,” katanya.
Selain itu, pemerintah juga berkomitmen untuk mendukung petani melalui pelatihan dan akses pasar.
Kegiatan Tambahan Meriahkan Perayaan
Tidak hanya tarian, acara panen juga diisi berbagai kegiatan menarik. Anak-anak mengikuti lomba mewarnai gambar pala. Sementara itu, ibu-ibu membuka stan kecil yang menjual produk olahan pala seperti minyak pala dan manisan.
Dengan adanya berbagai kegiatan, panen pala bukan hanya urusan ekonomi. Ia telah menjadi ruang berkumpul, belajar, dan merayakan kehidupan bersama.
Harapan Masyarakat untuk Masa Depan
Masyarakat berharap tradisi seperti ini tetap dijaga dan diperluas. Bagi mereka, panen bukan sekadar menuai hasil tani. Ini juga tentang mempererat tali persaudaraan dan menjaga warisan leluhur.
Sebagai penutup, Yulianus menambahkan, “Kami ingin anak-anak tahu bahwa pala bukan hanya tumbuhan. Ia bagian dari hidup kami—sejarah kami.”