
Ribuan Warga AS Kembali Gelar Unjuk Rasa Menentang Donald Trump
Ribuan warga Amerika Serikat kembali turun ke jalan untuk menggelar aksi unjuk rasa menentang mantan Presiden Donald Trump. Aksi ini terjadi di berbagai kota besar, termasuk New York, Los Angeles, dan ibu kota Washington D.C., sebagai bentuk protes terhadap kebijakan serta manuver politik Donald Trump yang belakangan kembali mencuat menjelang pemilihan presiden 2024.
Tuntutan Demonstran: Tolak Donald Trump Kembali Berkuasa
Para demonstran membawa berbagai poster dan spanduk bertuliskan pesan-pesan penolakan terhadap Trump. Seruan seperti “Never Again Trump”, “Democracy Over Dictatorship”, dan “Stop the Lies” menjadi pemandangan umum selama aksi berlangsung.
Mereka menilai kembalinya Trump ke panggung politik dapat mengancam stabilitas demokrasi dan memperburuk situasi sosial-politik di negara itu. Tidak sedikit pula yang menyuarakan kekhawatiran atas retorika Trump yang dinilai memecah belah masyarakat.
Aksi Damai yang Diperkuat Berbagai Kelompok Sipil
Aksi protes ini diorganisir oleh sejumlah kelompok sipil dan aktivis demokrasi, termasuk MoveOn, Democracy Now, serta koalisi mahasiswa dari beberapa universitas ternama. Mereka memastikan bahwa unjuk rasa dilakukan secara damai dan mengikuti aturan yang berlaku.
Kepolisian setempat turut mengamankan jalannya aksi. Sejauh ini, tidak ada laporan bentrokan atau kerusuhan yang terjadi selama demonstrasi berlangsung.
Isu Hukum dan Pemilu 2024 Jadi Pemicu
Selain kekhawatiran politik, gelombang protes juga dipicu oleh berbagai kasus hukum yang tengah menjerat Trump. Beberapa di antaranya terkait dugaan penghasutan pada peristiwa penyerbuan Capitol Hill tahun 2021 serta penyalahgunaan dokumen rahasia negara.
Trump, yang saat ini tengah bersiap maju kembali dalam Pilpres 2024, terus mengklaim bahwa dirinya menjadi korban “perburuan politik”. Namun banyak warga, termasuk para demonstran, menganggap klaim tersebut tidak berdasar.
Reaksi Trump: “Ini Hanya Strategi Lawan”
Menanggapi unjuk rasa tersebut, Trump melalui platform medianya menyebut bahwa aksi tersebut merupakan strategi oposisi untuk menjatuhkannya. Ia menegaskan bahwa dirinya masih memiliki dukungan kuat dari rakyat Amerika dan akan terus melanjutkan perjuangannya menuju Gedung Putih.
Namun, hasil jajak pendapat terbaru menunjukkan pendapat masyarakat terbelah terkait kemungkinan Trump kembali menjabat sebagai presiden.
Penutup
Gelombang unjuk rasa ini menjadi sinyal bahwa masyarakat Amerika masih terbagi dalam menyikapi peran politik Donald Trump. Menjelang pemilu 2024, ketegangan politik diprediksi akan terus meningkat, dan aksi-aksi seperti ini kemungkinan besar akan kembali terjadi.